Tuesday, April 12, 2005 | 10:53 AM

2 Telp di Tengah Malam


Entah kenapa, semenjak moved out dari rumah orang tua, hidup saya jadi lebih teratur. Kalau mau jujur, sebetulnya hidup saya mulai teratur semenjak pacaran dengan suami (Nov.1999). Nggak usah dijelaskan lebih lanjut bentuk perubahan apa saja, yang pasti LEBIH BAIK.

Saya dan suami saat ini biasa tidur antara jam 21.00-22.00WIB. Tapi entah kenapa, semalam mata saya dan suami sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Anak saya Akila sepertinya juga sudah capek main. Akhirnya jam 20.45 kita tidur.

Jam 21.30 HP saya bunyi. Wah ternyata dari salah satu teman SMA saya. Dari background-nya saja saya sudah bisa menebak dimana dia. Pasti Mall. Waktu saya tanyakan keberadaannya ternyata dugaan saya nggak meleset. Dia sedang berada di salah satu coffee house terkenal yang ada disalah satu Mall yang terkenal juga. Enak juga pikir saya jam segini masih di Mall.

Setelah telp ditutup, sekilas saya memikirkan teman SMA saya itu. Wanita, masih single dan masih available, berusia sama seperti saya, manager keuangan salah satu perusahaan asing, dan bisa dibilang berhasil dalam karir, tapi belum berhasil dalam hal berkeluarga.

Akhirnya saya tidur lagi...

Jam 22.05 HP saya berbunyi lagi. Ternyata seorang teman yg dikenalkan adik saya semenjak tahun 1997. Dari incoming call numbernya, saya tahu kalau dia masih dikantor. HAH? Jam segini masih dikantor? Tapi memang nggak usah diperpanjang lagi. Dia memang kadang baru meninggalkan kantor pukul 23.00. Sangat sibukkah dia? Saya pikir ya. Dia menanyakan tentang salah satu teman sekolah saya di California dulu. Dia juga menanyakan, suami saya lagi ngapain. Saya jawab tidur. Dia langsung iri dan mengatakan enaknya kehidupan keluarga saya saat ini. Bisa tidur jam 21.00 sementara dia masih berkutat dikantor mewahnya di bilangan Sudirman.

Setelah telp ditutup, kembali saya mengingat tentang teman saya ini. Satu tahun lebih tua dari saya, sangat berhasil dalam karir, General Manager salah satu perusahaan advertising franchise luar negeri, bergaji amat sangat tinggi, bermobil seharga hampir 1/2M, pokoknya gambaran eksekutif muda Jakarta jaman sekarang lah..

Setelah telp ditutup, saya akhirnya berpikir. Betapa enaknya orang yg berhasil dalam karir. Sementara saya? Karir saya biasa saja. Tiba-tiba satu tangan mungil anak saya bergerak mencari boneka Winnie the Pooh kesayangannya yg terlepas dari pelukannya. Waktu saya bantu menemukan, tiba2 dia berkata Makasih Mama.. dan kembali tidur.

Saya lupa! Biarpun 2 orang yg telp saya lebih unggul dalam hal karir daripada saya, tapi saya masih tetap menang. Saya punya karir (biarpun biasa saja) tapi saya punya keluarga yang menyayangi saya. Saya punya suami dan anak. Anak yang siap menyambut saya di pintu ketika saya pulang kantor dengan berteriak kegirangan Mama pulang.. Mama pulang.. Saya punya suami yang bisa saya ajak sharing, yang siap menemani saya kemanapun saya mau.

Saya tidak akan mengorbankan waktu bermain dengan anak dan waktu bercengkrama dengan keluarga hanya untuk mengejar karir.

Hidup saya sudah INDAH..


Image hosted by Photobucket.com

1 comments